Diglosia dalam Bahasa Indonesia merujuk pada penggunaan dua variasi bahasa yang berbeda, yaitu bahasa resmi dan bahasa sehari-hari. Artikel ini akan menjelaskan konsep dan pentingnya diglosia dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Penjelasan dan Jawaban
Diglosia adalah keadaan di mana dua varian bahasa digunakan secara bersamaan dalam sebuah komunitas. Dalam Bahasa Indonesia, diglosia terjadi antara Bahasa Indonesia baku dan Bahasa Indonesia nonbaku. Bahasa Indonesia baku adalah bentuk bahasa yang diatur dan disepakati oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Sedangkan Bahasa Indonesia nonbaku adalah bentuk bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat, yang cenderung lebih fleksibel dan mengandung variasi regional.
Dalam setting sekolah dasar, diglosia terjadi ketika siswa menggunakan Bahasa Indonesia baku di dalam ruang lingkup sekolah, seperti dalam pembelajaran formal, penulisan resmi, atau percakapan dengan guru. Namun, di luar lingkungan sekolah, seperti di rumah, di lingkungan teman sebaya, atau dalam kehidupan sehari-hari, siswa akan menggunakan Bahasa Indonesia nonbaku yang lebih sesuai dengan konteks informal.
Kesimpulan
Diglosia dalam Bahasa Indonesia mengacu pada perbedaan penggunaan Bahasa Indonesia baku dan Bahasa Indonesia nonbaku dalam komunitas dan konteks tertentu. Di sekolah dasar, siswa diajarkan menggunakan Bahasa Indonesia baku dalam lingkungan belajar formal, tetapi di luar sekolah, mereka cenderung menggunakan Bahasa Indonesia nonbaku dalam situasi sehari-hari. Hal ini merupakan fenomena yang umum terjadi dalam perkembangan bahasa di masyarakat.
Pemahaman tentang diglosia penting bagi siswa agar mereka dapat menguasai baik Bahasa Indonesia baku maupun nonbaku, serta dapat beradaptasi dengan baik dalam berbagai situasi komunikasi. Guru dan pengajar juga berperan penting dalam membantu siswa memahami perbedaan dan kegunaan kedua varian bahasa ini, sehingga siswa dapat menggunakan bahasa secara efektif dan sesuai dengan situasi yang dihadapi.