Majas repetisi dan majas pleonasme merupakan dua bentuk gaya bahasa yang sering digunakan dalam sastra. Perbedaan antara keduanya terletak pada pengulangan makna. Majas repetisi mengulang kata atau frase yang sama untuk memberikan efek retorik, sedangkan majas pleonasme mengulang makna dengan menggunakan kata-kata yang sudah tak perlu. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perbedaan dan contoh-contoh dari kedua majas tersebut.
Penjelasan dan Jawaban
Majas Repetisi
Majas repetisi adalah pengulangan kata atau frasa yang sama dalam satu kalimat untuk memberikan penekanan yang lebih kuat terhadap suatu pengertian atau gagasan. Dalam majas ini, kata-kata yang sama akan muncul berulang kali dalam kalimat yang sama atau dalam kalimat-kalimat yang berdekatan.
Contoh penggunaan majas repetisi:
- “Indahnya taman ini, indah sekali!”
- “Dia baik hati, baik sikap, dan baik perlakuannya.”
Majas Pleonasme
Majas pleonasme adalah pengulangan kata-kata yang memiliki makna sama atau hampir sama dengan tujuan untuk memberikan penekanan atau efek retoris, meskipun pengulangan tersebut tidak diperlukan secara gramatikal.
Contoh penggunaan majas pleonasme:
- “Hujan turun dengan lebat sekali.”
- “Pergi pergi saja dari hidupku.”
Kesimpulan
Majas repetisi dan majas pleonasme keduanya merupakan teknik retorika bahasa Indonesia yang menggunakan pengulangan kata-kata dalam kalimat. Perbedaannya terletak pada penggunaan kata yang sama dalam majas repetisi, sedangkan dalam majas pleonasme pengulangan tersebut dilakukan dengan menggunakan kata yang memiliki makna sama atau hampir sama.
Secara keseluruhan, penggunaan majas repetisi dan pleonasme dapat memberikan efek retoris yang kuat dalam tulisan atau pidato, namun perlu digunakan dengan bijak agar tidak terkesan berlebihan atau redundan.
Leave a Reply